MY STORE

Sunday 29 January 2012

Dispepsia

Dispepsia

DEFINISI
Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.
PENYEBAB
Penyebab Dispepsia adalah :

1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi
GEJALA
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi).
Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.

Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
DIAGNOSA
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disetai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
j
Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja.

Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan.

Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.

Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
PENGOBATAN
Bila tidak ditemukan penyebabnya,dokter akan mengobati gejala-gejalanya.
Antasid seperti Magnesium hidroksi , Sucralfate, yang berfungsi untuk menetralkan asam lambung.
Atau penghambat H2 seperti Cimetidine , Famotidine , Nizatidine , dan Ranitidine , dapat dicoba untuk jangka waktu singkat.
DISPEPSIA “pencernaan yang jelek”
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti "pencernaan yang jelek". Per definisi dikatakan bahwa dispepsia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas. Semua orang dalam hidupnya pasti pernah mengalami dispepsia. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan dapat mengalami hal ini. Satu diantara 4 orang pasti mengalami hal ini.
Dispepsia merupakan suatu sindroma (kumpulan gejala) yang mencerminkan gangguan saluran cerna. Kumpulan gejala tersebut adalah rasa tidak nyaman, mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (lambung merasa penuh/sebah), kembung, sendawa, cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-kentut. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.
Penyebab dispepsia bervariasi dari psikis sampai kelainan serius seperti kanker lambung. Ada dua tipe dispepsia yakni organik dan fungsional.
Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi tanpa adanya kelainan organ lambung, baik dari pemeriksaan klinis, biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya, seperti USG, Endoskopi, Rontgen hingga CT Scan.
Dispepsia organik adalah dispepsia yang disebabkan adanya kelainan struktur organ percernaan(perlukaan, kanker)
Dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (kerongkongan, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung. Sebab lain bisa juga karena infeksi bakteri lambung Helicobacter pylori.
Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara, misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya cair). Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi (softdrink), atau makanan yang menghasilkan gas ( tape, nangka, durian). Begitu juga dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti suplemen besi/kalium, anti-nyeri tertentu, antibiotika tertentu, dan anti-radang. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan keadaan dispepsia.
Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan. Pada pasien diabetes pun dapat mengalami dispepsia karena gerakan lambungnya mengalami gangguan akibat kerusakan saraf.
Diagnosis Banding
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)/Penyakit refluks asam lambung dapat menjadi salah satu kemungkinan dari kumpulan gejala tersebut. Umumnya, penderita penyakit ini sering melaporkan nyeri perut bagian ulu hati. Kemungkinan lain, irritable bowel syndrome (IBS) yang ditandai dengan nyeri perut yang berulang, yang berhubungan dengan buang air besar yang tidak teratur dan perut kembung.
Kurang lebih sepertiga pasien dispepsia fungsional memperlihatkan gejala yang sama dengan IBS. Sehingga dokter harus selalu menanyakan pola BAB kepada pasien untuk mengetahui apakah pasien menderita dispepsia fungsional atau IBS. Pankreatitis kronik juga dapat dipikirkan. Gejalanya berupa nyeri perut atas yang hebat dan konstan. Biasanya menyebar ke belakang.
Mencari tahu sebab dari dispepsia tidaklah mudah. Dalam dunia kedokteran, diagnosis harus ditegakkan dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab penyakit itu relatif tidak gampang.

Dokter harus dengan teliti membedakan antara dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Beberapa hal yang bisa dijadikan petunjuk oleh para dokter, yaitu sebagai berikut.
• Nyeri ulu hati yang terjadi pada malam hari dan berkurang dengan pemberian antasid, cenderung dihubungkan dengan luka pada lambung (peptic ulcer).
• Pada dispepsia fungsional, tidak terjadi komplikasi dari perdarahan seperti kurang darah, penurunan berat badan atau muntah-muntah.
• Nyeri atau ketidaknyamanan akibat IBS dapat terjadi pada ulu hati. Untuk membedakannya dengan dispepsia adalah dengan memperhatikan pola buang air besar.
• Dengan pemeriksaan fisik saja, sangat sukar membedakan dispepsia fungsional dan organik


Intervensi dini terhadap dispepsia adalah dengan mengkonsumsi obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang berlebih asam lambung. Bisa juga diberikan obat yang memperbaiki pergerakan lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat, biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus (endoskopi).
Hindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung, menghindari faktor risiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stress serta mengatur pola makan.

Pemeriksaan Endoskopi bisa dilakukan jika sebagai berikut:
• Masih mengalami nyeri pada lambung meskipun telah minum obat selama delapan minggu.
• Nyeri berkurang atau hilang sesaat untuk kemudian muncul kembali.


Atau penghambat pompa proton seperti Omeprazole , Lansoprazole , Rabeprazole , Esomeprazole , Pantoprazole

Untuk gejala mual dapat diberikan anti muntah seperti domperidone dan metoclopramide

Bila orang tersebut terinifeksi Helicobacter pylori di lapisan lambungnya, maka biasanya diberikan bismuth subsalisilate dan antibiotik seperti Clarithromycin , Amoxicillin , Tetracycline , Metronidazole



Obat Rujukan
ACRAN TABLET 150 MG
ANITID AMPUL
ANTIDINE TABLET 20 MG
BIATRON 500
CHOPINTAC TABLET
CIMEXOL
CONRANIN TABLET 150 MG
CORSAGYL TABLET 250 MG
CORSAMET TABLET 200 MG
DENUFAM TABLET
DINULKUS CAPLET 400 MG
DUMOZOL TABLET
ELYZOL TABLET
FABERDIN CAPLET
FACID TABLET 20 MG
FAMOCID TABLET 40 MG
FARIZOL CAPLET 500 MG
FARNAT
FLADYSTIN OVULE
FLAGYL FORTE TABLET
FLAGYL TABLET 250 MG
FORTAGYL INFUS
GASTER TABLET
GESTOFAM TABLET 20 MG
HEXER AMPUL
HEXER CAPLET 300 MG
IFAMUL
INCIFAM TABLET 20 MG
INDORAN TABLET 300 MG
INTERFAM TABLET 20 MG
KEMOFAM TABLET 20 MG
KEMORANIN TABLET 150 MG
LEXMODINE TABLET 20 MG
MAGARD FA CHEWABLE TABLET
MAGICUL TABLET 200 MG
MECOFAM TABLET 20 MG
METROFUSIN INFUS 500 MG
METROFUSIN INFUS 500 MG
METROL TABLET
METROZINE TABLET 250 MG
MOSUL TABLET 20 MG
MOTIPEP TABLET 20 MG
NEO GYNOXA
NULCEFAM TABLET 20 MG
NULCER TABLET
POMPATON CAPLET 20 MG
PRATIFAR CAPLET 20 MG
PRATIFAR CAPLET 40 MG
PROMOCID
PROMUBA SUSPENSI 125 MG
PROVAGIN OVULE
RADIN TABLET
RANAL TABLET 300 MG
RANCUS
RANILEX CAPLET 300 MG
RANIN
RANIN TABLET 150 MG
RANTAG TABLET 150 MG
RANTICID
RANTIN AMPUL
RANTIN TABLET 150 MG
RATINAL TABLET
REGASTIN TABLET 20 MG
RENAPEPSA TABLET
RENATAC TABLET
RODOGYL TABLET
SANMETIDIN TABLET
SCANARIN TABLET 150 MG
TIDIFAR TABLET 200 MG
TISMAFAM TABLET 20 MG
TISMAZOL TABLET 250 MG
TRICHODAZOL 0,5 G
TRICHOSTATIC OVULE
TRICKER-150 TABLET
TROGIAR TABLET 250 MG
TROGYL TABLET 500 MG
TYRAN
ULCATIF TABLET 20 MG
ULCERANIN TABLET 150 MG
ULCUSAN CAPSULE 200 MG
ULDINAL TABLET
ULFAM TABLET 20 MG
ULMO CAPLET 40 MG
VAGISTIN OVULE
VAGIZOL OVULE
VAGIZOL TABLET
VELAZOL 500 MG
WIACID TABLET
XEPAMET CAPLET
XERADIN TABLET
ZANTAC TABLET 75 MG
ZANTADIN TABLET 150 MG
ZANTIFAR


Obat Terkait
________________________________________
Kategori Obat Sub Kategori Obat Obat Generik
________________________________________
Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Famotidine

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Cimetidine

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Magnesium hidroksi

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Ranitidine

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Nizatidine

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks metroclopramid

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks domperidone

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Omeprazole

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Lansoprazole

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Rabeprazole

Pantoprazole

Obat yang bekerja pada saluran cerna Antasida, Antiulserasi, Anti refluks Sucralfate

________________________________________

1 comment:

Olivia Hamilton said...

Nice information. Thanks for this valuable and informative blog.
Famocid 20

Cara Mempercepat Koneksi Modem

Mungkin banyak diantara sobat neamer yang sering jengkel dengan koneksi internet yang dipakai, apalagi yang memakai modem. mulai dari ko...